Two weeks ago Allistaire left Seattle Children's Hospital for the last time. Sometime early this morning she took her last breath. True to Allistaire's sense of self, she fought for those last few breaths.
Allistaire was not ready to go.
Sten wasn't ready for her to leave.
Jai never imagined she would have to leave so soon.
Solve was certainly not wanting to lose her baby sister.
I don't even know what to say. So I will do the next best thing.
The Allistaire I knew and came to love believed in magic..... She found it in her short life.
The vigil has ended.
1 comment:
Sambungan dari bagian 02
Tidak lama kemudian, terasa tangan Eni menekan pantatku pelan-pelan dan kembali kutekan penisku sehingga sekarang sudah masuk semua dengan tanpa ada keluhan dari Eni. "Eenn..., masih sakiitt..?", Tanyaku dan Eni hanya menggelengkan kepalanya pelan. Karena Eni sudah tidak merasakan kesakitan lagi, segera saja aku mulai menggerakkan penisku pelan-pelan keluar masuk vaginanya, sedangkan Eni hanya mengelus-eluskan tangannya di punggungku.
Makin lama gerakan penisku kupercepat dan Eni mulai ikut menggerakkan pinggulnya sambil bersuara, "aahh..., sshh..., aahh..., aahh..., sshh..., teruus..., Paak". Aku tidak menuruti permintaannya dan segera kuhentikan gerakan penisku dan kucabut keluar dari vaginanya dan Eni kelihatannya memprotes kelakuanku, "Paak..., kenapaa..". Aku tidak menjawab protesnya tetapi kubilang, "Eenn..., coba sekarang Eni berbalik dan nungging". Eni menuruti permintaanku tanpa protes dan setelah kuatur kakinya, secara pelan-pelan kutusukkan penisku ke dalam vaginanya dari belakang dan kutekan agak kuat sehingga membuat Eni berteriak kecil, "aahh..", dan segera kugerakkan penisku keluar masuk vaginanya dan Eni bersuara, "aahh..., oohh..., aah..., ooh..., aahh", seirama dengan kocokan penisku keluar masuk.
>
Baca selengkapnya »
Post a Comment